Lhokseumawe – Ikatan Guru
Indonesia (IGI) Kota Lhokseumawe menyalurkan donasi berupa uang tunai dan
sembako kepada Fitriani, penderita lumpuh yang sudah 8 tahun terbaring di kamar
tidak layak huni. Donasi tersebut disalurkan langsung kepada Fitriani pada
Kamis (6/5) di Lhokseumawe.
Ketua IGI Kota Lhokseumawe, Jon
Darmawan SPd MPd menjelaskan bahwa donasi tersebut merupakan sumbangan anggota
IGI dan para donatur yang tidak mengikat. Diantara donatur tersebut, tambah Darmawan,
ada yang berasal dari Lampung, Tamiang, dan Banda Aceh. Selain itu, lanjut
Darmawan, tentu banyak pula dari Kota Lhokseumawe yang umumnya merupakan
anggota IGI.
“IGI Kota Lhokseumawe mengucapkan
terima kasih kepada para donatur yang telah mempercayakan kami untuk
menyalurkan bantuan ini. IGI dengan program IGI for Humanity akan berupaya
membantu pihak-pihak yang sangat membutuhkan bantuan seperti Fitriani,” ujar
Darmawan.
Dikatakan Darmawan bahwa
berdasarkan hasil pantauan langsung, maka kebutuhan paling mendasar keluarga
Fitriani adalah rumah layak huni. Rumah yang dihuni sekarang, sebut Darmawan,
berdiri di atas tanah orang dan sangat tidak layak huni.
“Donasi ini kami harapkan dapat
meringankan beban keluarga Fitriani terutama untuk melunasi tanah yang baru
dibeli. Meskipun belum cukup, mudah-mudahan aka nada para dermawan yang mau
membantu keluarga ini,” tutur Darmawan.
Lebih lanjut Darmawan menambahkan
bahwa pihaknya akan tetap menerima donasi untuk keluarga Fitriani jika memang masih
ada yang ingin memberikan sumbangan. Hal ini, tutup Darmawan, mengingat
keluarga Fitriani sangat membutuhkan rumah yang layak huni. Transparansi donasi
akan tetap dilakukan melalui media sosial sehingga para donatur dapat melihat
laporan donasi tersebut.
Turut hadir saat penyaluran
donasi, Ketua Ikatan Rabithah Alumni Dayah Darul Munawwarah (Iradah) Kota
Lhokseumawe, Tgk. Fadli serta para pengurus teras IGI Kota Lhokseumawe.
Sebelumnya diberitakan bahwa sungguh berat penderitaan
yang dialami Fitriani. Gadis keahiran Blang Weu Baroh, 21 September 1992 ini
tiba-tiba menderita lumpuh sejak lulus dari SMP pada tahun 2013. Fitriani
merupakan anak pertama dari pasangan Zainal Abidin Ben dengan Berlian. Ya Ibunda
Fitriani meninggalkan dunia keluarganya sekitar 8 tahun yang lalu akibat tidak
tahan dengan kondisi keluarga.
Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kota
Lhokseumawe, Jon Darmawan SPd MPd bersama Ketua Ikatan Alumni Dayah Kuta Krueng
Wilayah Kota Lhokseumawe, Tgk Fadli, beberapa waktu lalu mengunjungi rumah
Fitriani. Menurut Darmawan, Fitriani memiliki dua orang adik laki-laki, Heri
Mayanda dan Muhammad Taufik. Kedua adiknya hanya sekolah sampai tamat SMP saja.
Sama seperti Fitriani. Ketiadaan biaya merupakan alasan mengapa mereka tidak
melanjutkan pendidikan.
Heri Mayanda menceritakan kepada Darmawan bahwa
pada tahun 2013, Fitriani menderita lumpuh secara tiba-tiba. Keceriaan yang
selalu ditampilkan Fitriani berubah menjadi kesedihan mendalam. Ayah Fitriani, Zainal
Abidin sudah mencoba membawa Fitriani berobat. Namun, ketiadaan biaya membuat
Ayah Fitriani menyerah dan merawat buah hatinya di rumah.
“Ayah Fitriani merupakan penderita kaki gajah. Pekerjaan Ayah
Fitriani adalah penarik becak barang di kawasan Cunda, Lhokseumawe. Sementara
kedua adik Fitriani tidak bekerja. Ijazah SMP yang diperoleh adiknya sangat
sulit mencari lapangan pekerjaan. Praktis, hanya Ayah Fitriani yang menderita
kaki gajah sebagai tulang punggung utama mencari nafkah dengan becaknya. Lengkap
sudah penderitaan yang dialami keluarga Fitriani,” ujar Darmawan.
Dikatakan Darmawan bahwa rumah Fitriani
terletak di pinggir jalan Buloh Blang Ara, kawasan Trieng Dua Peureudee, Blang
Weu Baroh Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe. Rumah tersebut, tambah
Darmawan, tidak layak huni dan beralaskan tanah. Rumah tersebut hanya memiliki
satu kamar tidur tempat Fitriani terbaring siang dan malam. Ayah dan kedua
adiknya, lanjut Darmawan, tidur di ruang tamu dengan alas Kasur yang digelar di
atas lantai tanah. Rumah tersebut berkonstruksi kayu yang sudah tidak layak
huni.
“Tanah tempat rumah mereka dirikan bukanlah tanah sendiri. Tanah
tersebut merupakan tanah salah seorang warga Kota Lhokseumawe. Status tanah
tersebut milik orang lain, bukan milik Zainal Abidin, ayah Fitriani,” sebut
Darmawan.
Lebih
lanjut Darmawan menuturkan bahwa Ayah Fitriani pernah memelihara sapi milik
warga kampung tersebu dengan sistem mawah. Saat pembagian hasil mawah,
ia memperoleh seekor anak sapi. Anak sapi tersebut dipeliharanya selama dua
tahun. Setelah besar, Zainal menjual sapi tersebut dan membeli sebidang tanah
di gampong Blang Weu Baroh. Tanah tersebut baru saja Ayah Fitriani.
Geuchik Blang Weu Baroh, Maimun SPd menjelaskan bahwa pihaknya
melalui dana desa pernah berupaya membantu merehab rumah tersebut. Akan tetapi
karena tanah tersebut bukan milik Ayah Fitriani, maka tidak dapat direhab
melalui dana desa.
“Kami
pernah mengusulkan bantuan kursi roda untuk Fitriani, namun sampai sekarang
belum terealisasi. Kondisi keluarga tersebut sangat memprihatinkan. Ibunya
meninggalkan mereka pergi ke Malaysia akibat tidak tahan dengan kondisi
keluarga,” kata Maimun.
Kepada Darmawan dan Tgk Fadli, Adik Fitriani,
Heri Mayanda, menjelaskan bahwa setiap hari ia memandikan Fitriani di dalam
kamar tersebut. Kamar tersebut bukan hanya digunakan untuk tidur saja. Fitriani
saat mau buang air kecil maupun besar, langsung di dalam kamar tersebut.
Akibatnya kamar tersebut menjadi bau dan tidak layak untuk dihuni. Namun apa
hendak dikata, itulah yang dapat dilakukan Heri dan keluarganya.
“Untuk makan, kami menunggu apa yang dibawa pulang Ayah. Jika
Ayah membawa pulang ikan misalnya, maka saya langsung memasak untuk dimakan
bersama keluarga. Jika Ayah tidak membawa pulang apa-apa, maka kami tidak
makan,”ungkap Heri.
Darmawan
mencoba berdialog dengan Fitriani. Fitriani hanya dapat berdoa semoga penyakit
yang dideritanya dapat segera sembuh. Fitriani mengaku sangat mengharapkan
bantuan dari donatur agar dapat mengobati penyakitnya dan merehab rumahnya yang
tidak layak huni tersebut. Semoga ada donatur atau para dermawan yang mau
membantu penderitaan Fitriani dan keluarganya.
Bagi para donatur yang ingin membantu
meringankan beban Fitriani dan keluarganya, dapat menghubungi ketua IGI Kota
Lhokseumawe pada nomor 081360350319. Ketua IGI Kota Lhokseumawe itu berjanji
akan selalu mengupdate secara transparan setiap donasi yang diterima melalui
media sosialnya. (*)
Sumber: acehsiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar